MERINDUKAN TAWA ITU

September 9, 2011 § 2 Komentar


Aku bertemu dengan Mas Lilik saat registrasi mahasiswa baru. Ramah, itu kesan pertama yang aku dapat darinya dan yang lebih membuatku senang, dia juga dari Blora. Aku baru pertama kali datang ke Solo waktu itu. Aku meminta bantuan Mas Lilik untuk mencari kos, semula dia menawariku kos dengan temannya, tapi aku sedikit tak cocok sehingga dia mengajakku ke kontrakan barunya. Aku pun mengiyakan, tanda setuju untuk tinggal di kontrakan itu.

Jelang tibanya masa perkuliahan, aku mulai menjalani hari-hari di kontrakan tersebut. Aku baru tahu kalau disitu juga ada Mas Muji. Kemudian bertambah Budi yang dari Purworejo dan Triyono putra Wonogiri sebagai penghuni kontrakan. Entah Budi atau Triyono yang masuk duluan, ingatanku membatasinya. Heranku, belakangan Triyono menyampaikan kalau manggil dia dengan Rio jangan Tri, mungkin agar lebih keren. Terakhir Anang yang menyusul setelah dia tidak kerasan tinggal di Asrama Mahasiswa. Kami dipersatukan dalam satu rumah kontrakan sederhana yang kemudian disepakati diberi nama Wisma Robithoh.

Lazimnya awal masuk kampus, mahasiswa baru harus menjalani OSPEK yang oleh panitia dikemas dalam STOMATA (aku sudah berusaha memerah memori di otakku tapi percuma, aku tak ingat kepanjangan STOMATA). Saat itu matahari semakin menukik di barat, OSPEK hari pertama hampir selesai, panitia memberikan pengumuman tugas yang harus dikerjakan esok. Diantaranya; sebagai bekal diharuskan membawa jeruk dengan diameter 8 cm, air minum kemasan 600 ml merk tertentu (meskipun  akhirnya aku tahu air minum kemasan tersebut tidak ada kemasan 600 ml), dan mengenakan tas seperti yang ditunjukkan panitia, dari bentuknya aku tahu tas terbuat dari kain karung tepung. Dua tugas aku masih bisa menerima, tapi membawa jeruk diameter 8 cm?x? Apa ini adat dunia, setiap OSPEK peserta diberikan tugas yang terkadang tidak ada hubungannya dengan  akademik. “Bodoh!”, ketusku dalam hati. « Read the rest of this entry »

‘SURAT CINTA’

Juli 28, 2008 § Tinggalkan komentar


Gerakan mahasiswa sejak dahulu sampai sekarang selalu dekat dengan urusan politik. Dunia politik memang dunia yang keras. Tidak memandang besar-kecil, benar-salah yang ada hanya menang-kalah. Tapi apa jadinya kalau seorang aktivis gerakan mahasiswa menulis surat cinta? Hahh, surat cinta? Bukan hal yang salah tentunya, kalau aktivis gerakan mahasiswa jatuh cinta, karena itu fitrah manusia Oleh karena itu, apakah benar surat cinta yang dimaksud ini berhubungan dengan jatuh cintanya seorang aktivis gerakan mahasiswa kepada lawan jenisnya layaknya insan yang lain? Adakah hubungan antara gerakan mahasiswa dengan surat cinta?

Hal ini sungguh terjadi, kala pasca setting aksi dari aliansi gerakan mahasiswa di Solo untuk demonstrasi menolak kenaikan harga BBM beberapa bulan yang lalu. Semua job distribution sudah diserahkan tinggal pelaksanaan di lapangan.

Malam hari sebelum aksi, Ely (Ketua GMKI Solo) mengirimkam sms singkat ke saya, “Boss, saya ini baru bisa ngetik surat cinta coz agenda lagi padat. Gmn Bos persiapan untuk aksi besok?” Aku jadi mikir-mikir, surat cinta? Aksi? Trus apa hubungannya?

Aku reply sms ke dia, “Persiapan aksi beres boz, tinggal bsk estimasi massa yang konkret. Btw, maksudnya surat cinta apa boz? Sok melankolis kau?”

Ehh tak lama kemudian, saya sudah nrima sms dari dia lagi. “Boss, ini surat cinta untuk polisi dan intelnya bwt aksi bsk”. Wahh dasar (batinku), ternyata yang dimaksud surat cinta adalah surat ijin aksi ke polisi.

IJAZAH CALON BUPATI

Juli 28, 2008 § Tinggalkan komentar


Masih ada yang unik dalam perkembangan politik di Indonesia.

Syahdan seorang calon buapti sedang melengkapi pemberkasan untuk mendaftarkan diri di KPU kabupaten antah-berantah. Komplit semua berkasnya, tak terkecuali ijazah S 1. Namun apa yang terjadi, berkas ijazah S 1 sang calon bupati ternyata setelah dilakukan verifikasi oleh KPU dinyatakan palsu. Ketika dari tim KPU menanyakan hal tersebut kepada sang calon bupati, ternyata mendapat tanggapan yang enteng saja

KPU : “Maaf Pak, ijazah S 1 yang bapak gunakan untuk mendaftar adalah ijasah palsu”

Calon bupati : “Sudah tau aku”

KPU : “Nahh, kalu bapak sudah tau ijazah ini palsu lalu mengapa tetap bapak gunakan untuk mendaftar?

Calon Bupati : “Bahh, kalau seandainya ijazah ini asli, aku sudah mencalonkan diri untuk gubernur”.

Gila khan!

BADAI PILKADA

Juli 28, 2008 § Tinggalkan komentar


Indonesia, negeri yang sedang mencoba mencari jati dirinya untuk terus berkembang. Negeri ini sedang dilanda badai pilkada.

Bagaimana tidak seorang warga negara punya kemungkinan terlibat dalam sepuluh kegiatan pencoblosan: pemilihan anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPD, presiden putaran pertama dan kedua, gubernur putaran pertama dan kedua, dan bupati/wali kota putaran pertama dan kedua. Mereka yang tinggal di desa dan bukan kelurahan juga memilih kepala desa.

Tiga tahun terakhir ini, Indonesia menyelenggarakan lebih dari 360 kali pemilihan kepala daerah (pilkada). Artinya, ada 120 pilkada setiap tahun, atau 10 pilkada setiap bulan, atau satu pilkada setiap tiga hari. Seharusnya bangsa Indonesia masuk dalam catatan Guiness Book of Records. Lumayankan, daripada yang masuk catatan koruptornya, pasti yang di Gedung Senayan, mayoritas penghuninya punya andil besar.

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with tawa at Coretan Pojok Jalan.